Tautan-tautan Akses

Ancaman Virus Corona Terhadap Jurnalis dan Kolaborasi untuk Publik


Suasana konferensi pers soal Covid-19 di Gedung BNPB, Jakarta, Sabtu, 14 Maret 2020. (Foto: BNPB)
Suasana konferensi pers soal Covid-19 di Gedung BNPB, Jakarta, Sabtu, 14 Maret 2020. (Foto: BNPB)

Sebagian jurnalis di Indonesia berpotensi tertular Covid-19 karena tidak mendapat alat pelindung diri dari perusahaan.

Seorang jurnalis radio di Jakarta yang tak mau disebutkan namanya masih bekerja seperti biasa di tengah wabah virus corona atau Covid-19. Antara lain memantau terminal bus, stasiun MRT, dan mengikuti konferensi pers di Mabes Polri. Kendati demikian, ia tidak mendapat alat pelindung diri seperti masker dan cairan pembersih tangan (hand sanitizer) dari perusahaan media.

"Selama ini saya menganggap virus corona remeh dan sepele. Tapi setelah korban bertambah, saya waspada dengan cara ketika turun dari motor saya tidak berani pegang apapun yang berada di terminal maupun halte transjakarta. Tidak berani pegang dinding atau apapun," jelas jurnalis radio itu pada VOA, Kamis (26/3).

Ia menuturkan perusahaan medianya tidak memiliki protokol keselamatan untuk liputan Covid-19. Menurutnya, perusahaannya hanya mengimbau agar lebih berhati-hati saat liputan dengan memakai masker dan cairan pembersih tangan, serta menjaga jarak. Ia juga tidak mendapat asuransi dari kantor jika mengalami sakit.

AJI : Sebagian Besar Jurnalis Keluhkan Ketiadaan Alat Pelindung Diri

Pengakuan jurnalis radio tersebut diperkuat Pengurus Bidang Ketenagakerjaan AJI Indonesia, Ratna Ariyanti. Menurutnya, hasil posko pengaduan yang dibuka AJI, sebagian besar jurnalis mengeluhkan ketiadaan alat pelindung diri yang disediakan perusahaan. Hingga kini sudah ada tujuh laporan dan tiga temuan terkait peliputan Covid-19 di berbagai daerah.

Sejumlah jurnalis mengenakan masker di lingkungan RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, meski dipastikan tidak ada kasus virus corona. (Foto:VOA/ Nurhadi)
Sejumlah jurnalis mengenakan masker di lingkungan RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, meski dipastikan tidak ada kasus virus corona. (Foto:VOA/ Nurhadi)

"Kami berharap di lapangan tidak banyak temuan, tapi melihat pengamatan teman-teman yang tidak diadukan di laporan. Itu sebenarnya masih banyak ancaman yang membahayakan jurnalis ketika mereka meliput di tengah wabah Covid-19," kata Ratna saat dihubungi VOA, Kamis (26/3).

Masih Ada Narasumber Buat Kegiatan dengan Kerumunan Massa

Ratna menambahkan temuan lainnya yaitu masih adanya narasumber yang membuat kegiatan yang mengakibatkan kerumunan jurnalis. Padahal, kata dia, narasumber semestinya dapat mengurangi pertemuan langsung untuk menjaga jarak. Di samping itu, ada pengambil kebijakan di redaksi masih ada yang menyepelekan bahaya penularan Covid-19 sehingga tetap menerjunkan jurnalis ke lapangan.

"Kemarin misalnya saya sudah konfirmasi ada beberapa daerah misalnya di Ambon, Surabaya. Itu pejabat di daerah masih melakukan pertemuan dengan jurnalis dalam jarak dekat," tambahnya.

Ia menjelaskan hasil laporan yang diterima AJI nantinya akan diolah dan diteruskan ke perusahaan media, serta instansi terkait untuk perbaikan kebijakan. Ia meminta jurnalistidak takut melapor karena semua data dan informasi yang disampaikan akan dirahasiakan.

AJI bersama Jurnalis Krisis dan Bencana, dan Komite Keselamatan Jurnalis telah menyusun "Protokol Keamanan Liputan dan Pemberitaan Covid-19" bagi jurnalis dan perusahaan media. Protokol tersebut berisi panduan sebelum liputan, selama liputan, publikasi liputan Covid-19 dan jurnalis yang pernah kontak dengan pengidap Covid-19.

Media Asing Punya Pedoman Liputan Virus Korona

Protokol semacam ini sudah sejak jauh hari diterapkan media-media asing. “Sejak awal kita gak boleh liputan di rumah sakit. Hingga, kalau gak salah 15 Maret, masih bisa liputan ke konferensi pers. Tapi sejak pengumuman Menteri Perhubungan Budi Karya positif corona, kita semua cuma boleh liputan dari kantor. Dan saya sempet self-isolation beberapa hari karena seruangan sama wartawan Istana ikut meliput Budi Karya dari 6-13 Maret, tiap hari, pagi sampai malam. Sejak Jumat lalu (20/3) kita bekerja dari rumah. Sepertinya setiap biro beda-beda, tergantung situasi,” kata Koresponden Kyodo News di Jakarta, Christine Tjandraningsih.

Ancaman Virus Corona Terhadap Jurnalis dan Kolaborasi untuk Publik
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:57 0:00

Kebijakan serupa juga telah diterapkan Voice of America (VOA) pada seluruh wartawannya. Sejak 15 Maret lalu hampir 80 persen staf VOA di kantor pusat Washington DC dan sejumlah negara bagian lainnya telah bekerja dari rumah. Sementara para koresponden di luar Amerika diingatkan untuk senantiasa melakukan social-distancing dan tidak meliput ke tempat-tempat yang berpotensi terjangkit virus corona, seperti rumah sakit. Para koresponden didorong untuk meliput telekonferensi yang kini banyak dilakukan.

Dewan Pers Imbau Perusahaan Media Lindungi Jurnalis

Anggota Dewan Pers Arif Zulkifli mengimbau perusahaan media melindungi keselamatan jurnalis saat meliput Covid-19. Salah satunya dengan memberikan masker dan cairan pembersih tangan kepada jurnalis. Dewan Pers juga telah mengimbau narasumber dan instansi pemerintah tidak memberikan keterangan yang dapat menimbulkan kerumunan atau tanpa tatap muka.

Konferensi pers soal Covid-19 di Gedung BNPB, Jakarta, Sabtu, 14 Maret 2020. (Foto: BNPB)
Konferensi pers soal Covid-19 di Gedung BNPB, Jakarta, Sabtu, 14 Maret 2020. (Foto: BNPB)

"Kalaupun tidak bisa dihindari untuk bertemu, ya patuhi jaga jarak satu meter. Jadi dari sisi narasumber dan jurnalisnya juga. Jadi memang dibutuhkan pengertian semua pihak, saya lihat masih banyak jurnalis yang berkerumun, rebutan mengambil gambar dalam jarak kurang dari satu meter," jelas Arif Zulkifli.

Kendati demikian, Azul mengingatkan jurnalis agar tidak meninggalkan tugasnya yakni menyampaikan informasi kepada publik. Menurutnya, informasi yang akurat dari jurnalis dibutuhkan masyarakat di tengah wabah Covid-19 yang semakin meningkat.

Azul mengatakan Dewan Pers sejauh inibelum menerima aduan tentang pemberitaan Covid-19 dari masyarakat, maupun dari jurnalis dan perusahaan media tentang keselamatan saat meliput.

#MediaLawanCovid19

Di sisi lain, sebanyak 50 perusahaan media nasional dan lokal yang terdiri dari media cetak, siber, televisi dan radio berkolaborasi melawan Covid-19 dengan membuat wadah #MediaLawanCovid19 pada Selasa (24/3) lalu. Inisiator #MediaLawanCovid19, Metta Dharmasaputra menuturkan wadah ini terbentuk secara spontan untuk merespons penyebaran Covid-19 yang makin marak di lingkungannya.

Ia lantas melempar ide tersebut ke grup-grup WhatsApp miliknya dan mendapat respon positif dari banyak media. Metta berharap kolaborasi melalui #MediaLawanCovid19 dapat mengedukasi publik tentang virus corona.

Inisiator #MediaLawanCovid19, Metta Dharmasaputra. (Foto courtesy: Metta Dharmasaputra)
Inisiator #MediaLawanCovid19, Metta Dharmasaputra. (Foto courtesy: Metta Dharmasaputra)

"Kemarin sudah itu tentang stay at home, kami mengambil hastag aman di rumah dan yang pertama kali keluar adalah jaga jarak. Hari Senin kemungkinan masih aman di rumah juga, tapi konteksnya jangan mudik. Jadi akan fokus pada isu-isu besar untuk edukasi publik," jelas Metta.

Metta menuturkan banyak menerima permintaan bergabung dengan #MediaLawanCovid19. Ia memperkirakan total ada media nasional dan lokal yang tergabung dalam wadah ini berkisar 100 media per Kamis (26/3).

Ia menjelaskan wadah ini juga memungkinkan antar perusahaan media yang tergabung dalam #MediaLawanCovid19 untuk mendapatkan pengetahuan tentang keselamatan kerja di tengah wabah virus corona. Di samping itu, perusahaan media juga dapat berkolaborasi dalam membuat konten dan dipakai secara bersama-sama di tengah keterbatasan sumber daya manusia.

"Seperti kemarin poster yang terbit dibuat kawan di Katadata, video dibuat CNN dan Metro TV, postcard-postcard dibuat Kompas.com, radio dibuat KBR itu di-blast bersama sebagai konten bersama," imbuhnya.

Jumlah korban meninggal akibat Covid-19 di Indonesia mencapai 78 orang per Kamis (26/3). Sedangkan jumlah pasien yang positif terinfeksi Covid-19 mencapai 893 orang dan 35 orang telah dinyatakan sembuh. [sm/em]

XS
SM
MD
LG